Pada
awalnya merek hanyalah sebuah nama untuk membedakan, pada perkembangan
selanjutnya merek bisa menjadi nama yang dianggap mewakili sebuah objek setelah
itu merek dianggap sebagai simbol dan kemudian berkembang menjadi citra. Merek
merupakan sarana bagi perusahaan untuk mengembangkan dan memelihara loyalitas
pelanggan. Merek menurut AAker adalah nama dan atau simbol yang bersifat
membedakan (seperti sebuah logo cap atau kemasan ) untuk mengidentifikasikan
barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual tertentu serta
membedakannya dari barang atau jasa yang dihasilkan para pesaing (A.B. Susanto
dan Himawan Wijanarko, 2004). Perkembangan merek selanjutnya dipengaruhi oleh
perubahan internal maupun eksternal. Merek adalah indicator value yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pelanggan.
Merek merupakan asset yang menciptakan value
dimana value sebagai total get atau semua manfaat yang
didapat oleh pelanggan dibagi total give
atau semua pengorbanan yang diberikan oleh pelanggan.
Total get mencakup 2 komponen
- Manfaat
fungsional (functional benefit) berkaitan
langsung dengan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh sebuah produk
- Manfaat
emosional (emotional benefit)
adalah manfaat yang diperoleh pelanggan berupa stimulasi terhadap emosi
dan perasaan
Total give mencakup
1.
Harga (price)yang dibayarkan
pelanggan
- Biaya lain (other expense) yang muncul selama pelanggan menggunakan dan mengkonsumsi produk
ke 4 komponen
diataslah yang menentukan kekuatan sebuah merek. Merek yang kuat disatu sisi
akan ditandai oleh manfaat fungsional dan emosional yang tinggi dan dipihak
lain ditandai oleh harga dan biaya lain yang rendah. Artinya ia menghasilkan
rasio total get dan total give sebesar mungkin. Dengan
memperkuat kepuasan dan loyalitasnya merek menjadi alat ukur bagi kualitas value yang perusahaan tawarkan
Dengan
merek perusahaan atau produk mampu lepas dari perangkap komoditasasi merek
memungkinkan produk dan layanan suatu perusahaan terbebas dari aturan dasar
kurva permintaan dan penawaran serta memiliki merek yang kuat akan menghasilkan
harga yang menarik dan menjadi penghalang bagi masuknya pesaing
Membangun Merek yang kuat
Dalam
mengelola merek diperlukan kerangka kerja yang berbasis kerangka kerja
manajemen pemasaran. Kerangka kerja Manajemen Pemasaran (Power Marketing) yang
disusun oleh The Jakarta Consulting Group mempunyai landasan utama yaitu
memanusiakan pelanggan. Pelanggan harus benar-benar dijadikan subyek dan
bukannya obyek Perusahaan harus mencanangkan tujuan berdasarkan visi jauh ke
depan membina hubungan jangka panjang dengan lingkungan yang akan meningkatkan
kepuasan konsumen dan pada gilirannya akan memberikan konstribusi bagi
kesejahteraan stakeholders
Landasan pola pikir Power marketing
terletak pada 3 kunci
- Pergerakan
(moving). Pergerakan merupakan tumpuan untuk menjawab
persaingan dan dinamika permintaan yang selalu begolak karena ekseptasi
pelanggan semakin tinggi.
- Kepedulian
(caring). Pergerakan harus disertai dengan
kepedulian kepada pelanggan melalui inovasi dibidang strategi, manajerial
maupun produk atau jasa.
- Inovasi ( Inovating). Inovasi dibidang
strategi dan manajerial menghasilkan produk atau jasa yang inovatif
merupakan proses untuk memberikan nilai tambah bagi pelanggan sehingga terjadi kepuasan pada pelanggan
yang akan menumbuhkan kepercayaan dan hubungan jangka panjang yang
berkelanjutan serta tercipta loyalitas pelanggan.
Konsumen yang puas akan menimbulkan
kepercayaan dan hubungan jangka panjang yang berkelanjutan serta terciptalah
loyalitas pelanggan. Dalam mewujudkan semua itu diperlukan suatu nilai sebagai
acuan dalam melakukan tindakan, nilai tersebut adalah 9 nilai starategis (strategic value) 3 nilai pengembangan (value development) dan 5 nilai penyampaian (value delivery)
Nilai strategis pertama adalah Stakeholders artinya kesuksesan
organisasi akan bermuara pada kesejahteraan stakeholders
jadi bukan hanya memberikan kesejahteraan bagi karyawan, pemegang saham atau konsumen
saja namun kesejahteraan itu harus
mengalir ke semua stakeholders
sebagai konsekuensinya dibutuhkan pendekatan holistic dalam bisnis dan pemasaran
Nilai strategis ke dua adalah layanan (service), layanan merupakan nilai tambah
yang akan disampaikan ke pelanggan sampai nilai tambah itu dapat memenuhi
kebutuhan atau harapan konsumen, agar dapat memberikan layanan terbaik kepada
pihak eksternal layanan dalam kalangan internal oraganisasi juga harus berjalan
dengan baik. Jika layanan dalam saluran internal tersumbat maka kinerja
performansi organisasi sebagai suatu sistem akan terhambat, proses nilai tambah
akan terganggu serta akan mempengaruhi kualitas hasil akhir yang diberikan
kepada pelanggan
Nilai ketiga adalah strategi, dalam merancang bagaimana tujuan yang di
jabarkan dalam perencanaan pemasaran, program dan tindakan harus dibuat dalam
konteks Korporat-Bisnis-Pemasaran. Pendekatan yang holistik komprehensif dan
integral harus digunakan agar pembuatan rencana pemasaran, program dan tindakan,
terangkai oleh benang merah strategi di tingkat korporat strategi, di tingkat
bisnis dan strategi pemasaran itu sendiri.
Nilai yang ke empat adalah segmentasi.
Segmentasi adalah alat strategis untuk menyampaikan nilai tambah bagi pelanggan,
pemasar harus melakukan pemetaan terhadap profil konsumen dan kebutuhannya
sebelum dia memilih wilayah yang menjadi sasarannya. Langkah awal pemetaan adalah memilah pasar
menjadi ke1ompok-kelompok dan kemudian memberikan identitas (group identity)
sehingga anggota suatu segmen memiliki persamaan dan perbedaan dibandingkan
anggota segmen yang lain. Anggota suatu segmen diharapkan memiliki pola
perilaku tertentu terutama dalam memberi reaksi terhadap bauran pemasaran (marketing
mix) sehingga pemasar dapat mengembangkan bauran pemasaran yang efisien dalam
menjangkau segmen tersebut.
Landasan nilai yang kelima
adalah solusi (solution). Apa yang diberikan
kepada konsumen
bukan sekadar produk, melainkan solusi tidak hanya memenuhi kebutuhan konsumen
dengan produk yang bersifat generik tetapi dapat memenuhi keinginan dan harapan
konsumen, bahkan bila memungkinkan melampaui harapan konsumen itu sendiri.
Sehingga, selain ‘memuaskan’ juga ‘menyenangkan’ konsumen dengan
kejutan-kejutan tak terduga pada penawaran. Pendekatan yang digunakan kepada
konsumen adalah pendekatan konsultatif, guna menggali masalah yang dihadapi
konsumen.
Nilai ke enam adalah strike.
Dinamika dan persaingan adalah landasan dalam melihat pasar, yang dapat
diumpamakan sebagai arena peperangan untuk memperebutkan pelanggan. Diperlukan
keberanian untuk melakukan serangan dengan Iangkah-Iangkah inovatif
dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen
Nilai ke tujuh adalah surprise,
Pemasar harus sering memberi kejutan dengan kecepatan tindakan dan
1angkah-1angkah inovatif dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang dapat
mengejutkan pasar.
Nilai ke delapan adalah system.
Langkah ini membutuhkan kombinasi antara intuisi usaha dan perkiraan yang
sistematis berdasarkan pertimbangan manajemen risiko yang rasional
Dan nilai terakhir adalah shake,
Semua kegiatan pemasaran harus dijalankan secara sistematis dan terintegrasi
sehingga dapat dicapai kemenangan dengan melakukan kekacauan pasar.
Rangkaian nilai yang lain adalah “3 N”
nilai pengembangan yang terdiri dari :
- Newness menggambarkan bahwa dalam pengembangan tidak
hanya dibutuhkan peningkatan tetapi juga inovasi yang didukung oleh daya
cipta dan bukan sekadar modifikasi.
- Nourishment
dalam implementasinya menerapkan relationship marketing yang
bertumpu pada program pemeliharaan jejaring.
- Networking adalah
program perluasan jejaring
Rangkaian terakhir dan nilai
matriks 9-3-5 adalah 5 c nilai
penyampaian yaitu :
1. Competence dicapai melalui usaha yang terfokus dalam
manajemen pemasaran yang didukung oleh keterampilan interpersonal dan
komunikasi yang efektif.
2. Customer
berarti memperlakukan pelanggan sebagai raja dan menganggap kegiatan
pemasaran sebagai kegiatan konsultasi
3. Competition berarti
apa yang disampaikan harus kompetitif dalam citra dan kecepatan
4. Convenience
berarti aturan dasar dalam penyampaian adalah bagaimana agar pelanggan
merasa nyaman
5. Care berarti kepedulian untuk memuaskan harapan
.pelanggan dan peduli terhadap pengembangan komunitas dan konservasi
Iingkungan.
Landasan nilai inilah yang digunakan
sebagai acuan dalam mendekati konsumen berdasarkan pemahaman terhadap perilaku
konsumen dan proses pengambilan keputusan konsumen. Dengan memakai pertimbangan
keputusan strategis di tingkat korporat, di tingkat bisnis dan strategi
pemasaran maka dilakukan program segmentation-targeting-positioning &
image creation Penciptaan citra (image creation) dilandasi oleh
konsep capability-care-consistency yang harus didukung oleh konsistensi
dalam “nilai penyampaian”, serta kemampuan untuk menjaga dan meningkatkan
kualitas produk
Dalam membangun strategi yang
kukuh hal yang pertama dilakukan adalah
perusahaan harus mampu melihat pasar secara kreatif dan membagi-bagi
pasar tersebut ke dalam berbagai segmen.
Hal hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan segmen bahkan ceruk
pasar yang hendak dimasuki
- Seberapa besar ukuran pasarnya
- Seberapa
besar pertumbuhan segmen/ceruk tersebut
- Bagaimana
situasi persaingan di segmen/ceruk pasar yang bersangkutan
- Bagaimana pula keunggulan bersaing anda
Berdasarkan hasil segmentasi penetapan target dan
posisi selanjutnya dilakukan penetapan posisi merek. Ditengah kebingungan konsumen dalam memilih produk
yang berada di pasar industri menjadikan manajemen merek sangat penting. Mereka
harus segera melakukan penempatan posisi merek (brand positioning),
mengomunikasikan proposisi nilai yang menunjukkan keunggulan sebuah merek
dibandingkan dengan pesaingnya, sehingga menjadi alasan mengapa konsumen memilih
mereka. Setelah itu diposisikan dibenak konsumen, merek ini diberi identitas
(brand identity) yang didukung sebuah kepribadian (Stratyegic brand
personality) agar mengena di hati konsumen sasaran. Dalam sebuah identitas
tersimpan sejumlah karakteristik yang membedakan satu dengan yang lain Seperti
sebuah kartu identitas terdapat sejumlah atribut yang menjadi pembeda. Bagi
para penilik merek yang sangat berkepentingan
dengan citra merek, identitas merek adalah apa yang disodorkan pemasar
dan citra merek adalah bagaimana kesan konsumen
terhadapnya. Agar mempunyai citra merek yang kuat perlu diperhatikan
konsistensi mengomunikasikan kepribadian merek dalam menempatkan posisi merek.
Setelah konsumen akhirnya mengenal merek itu (brand awarenes) dan kemudian mempunyai
kesan tertentu terhadapnya (brand image), selanjutnya ia akan
mengasosiasikannya dengan serangkai atribut dan meletakan merek tersebut dalam
ingatannya.
Salah satu kendala
yang dihadapi adalah apa yang ingin dikomunikasikan pemasar belum tentu dipersepsikan
oleh konsumen seperti yang diharapkan oleh pemasar. Tantangan terbesar dalam
memanajemeni merek adalah bagaimana caranya agar apa yang kita pikirkan
(sebagai pemasar) dan ingin kita sampaikan kepada konsumen dapat dipersepsikan
sesuai dengan yang kita inginkan. Aspek terpenting dari merek berada dipikiran
konsumenlah yang bekerja untuk memengaruhi keputusan konsumen dan memberi
manfaat yang sangat besar bagi pemasar.
Perusahaan harus terus menerus
mengelola portofolio mereknya agar tetap bisa bersaing dalam merebut hati
konsumen untuk menggunakan produk yang dihasilkan untuk itu Menurut Hermawan Kartajaya dalam mengelola
portofolio merek suatu perusahaan harus :
- Memutuskan
dulu berapa pasar yang akan dimaki sesuaikan dengan kemampuan, daya saing
dan aspirasinya.
- Merek
adalah sebuah nama yang kelak harus anda populerkan untuk dibangun sampai
seberapa jauh
- Pertemukan
kedua hal tersebut. Tujuannya untuk pencapaian tujuan bisnis dalam rangka
pembangunan perusahaan.
(Hermawan Kartajaya,2004)
Strategi mempertahankan merek
Citra sebuah merek bisa
menurun hal ini haruslah diwaspadai oleh perusahaan, kegagalan layanan (service failure)
harus segera diimbangi dengan program perbaikan layanan (service recovery
program) karena apabila pelanggan mengalami ketidak puasan dalam penggunaan produk mereka akan sangat mudah
untuk berpaling ke pesaing
Merek seperti halnya intangible asset
yang lain memang sangat rapuh, merek harus dibangun dan dijaga dari waktu ke
waktu tapi karena suatu peristiwa tertentu merek bisa amblas seketika.
Perusahaan yang mempunyai ekuitas merek yang kuat bisa habis dalam satu malam.
Ada semacam ledakan disruptive yang mampu memusnahkan bangunan merek
tuntas hingga ke akar-akarnya. Sebuah merek bisa mati dikarenakan merek
tersebut sudah tidak memiliki integritas dan kredibilitas. Inilah sisi gelap
ekuitas merek. Dalam penurunan sebuah merek Mannie Jackson mempunyai tiga prinsip untuk menyelamatkan
merek yang sudah terlanjur merosot yaitu :
- Produk harus direinvented supaya kembali relevan
- Konsumen harus menjadi pusat perhatian
- Organisasi
harus dirombak agar benar-benar berorientasi bisnis
(Hermawan Kartajaya 2004), selain tiga prinsip tersebut Mennie Jackson
menerapkan prinsip Ed Spencer dalam menaikan merek yang sedang merosot yaitu:
1. Ciptakan kultur tanggung jawab
2. Pikirkan bagaimana memanfaatkan waktu,
3. Jangan puas dengan hasil tahun kemarin,
4. Lihatlah potensi orang lain
5. Dan pikirkan selalu bahwa bos senatiasa
bersama kita
(Hermawan kartajaya 2004). Merek yang sudah
merosot bisa dihidupkan kembali asal berpegang pada visi yang jelas.
No comments:
Post a Comment