Friday 27 February 2009

Jilbab Pertamaku



Jilbab, jilbab, dan jilbab. Dulu kata itu begitu asing bagiku. Mendengar kata ”jilbab” saja sudah aaah sekaliiii, seakan-akan aku tidak percaya diri jika memakainya. Tetapi dengan perlahan-lahan, abangku tersayang selalu memberiku semangat, dorongan, nasehat-nasehat agar aku bisa mengenakan jilbab. Namun ntah kenapa aku cuek-cuek saja, tidak peduli terhadap kata-kata abangku. Walaupun sikapku seperti itu, abangku tidak pernah menyerah begitu saja untuk memberikan aku semangat. Bagi abangku “ Dakwah Takkan Henti.” Abangku memberikan kata-kata lembut yang penuh dengan makna dan begitu menyentuh hatiku. Abangku memberikan aku nasehat kadang secara langsung dan kadang juga lewat sms. Subhanallah sekalii…kata-katanya begitu luar biasa yang membuat aku menjadi sadar akan pentingnya memakai jilbab bagi seorang muslimah dan dari itu pula aku menyadari bahwa sebagai seorang muslimah wajib untuk menutup auratnya. Sebaimana firman Allah SWT yang artinya “Hai nabi katakanlah kepada istri-istri mu, anak-anak perempuan mu, dan istri-istri orang mukmin. Hendaklah ia mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu ia tidak diganggu. Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang.”(Q.S. Al-Ahzab: 59)
Singkat cerita, aku diberikan sebuah buku oleh abangku. Judul bukunya “Ketika Mas Gagah Pergi.” Anehnya, isi bukunya mirip banget dengan kisah kami. Itu adalah buku yang pertama kali aku pinjam dari abangku. Namun untuk hari-hari berikutnya, abangku tidak memberikan aku pinjaman buku tetapi abangku membelikan aku buku-buku yang bernuansa islami sebagai hadiah yang dipersembahkan untukku, adiknya tersayang. Berbagai macam usaha yang dilakukan abangku agar aku bisa menjadi seorang muslimah yang sesuai dengan perintah Allah. Kejutan selanjutnya dari abangku adalah jilbab. Abangku membelikan sebuah jilbab warna putih dengan panjang luar biasa, gede sekali untukku. Dan jilbab itu adalah jilbab pertamaku.
Kelas 1 SMA semester II bertepatan dengan hari perpisahan kelas III adalah hari pertamaku memakai jilbab yang luar biasa panjangnya, badanku terasa gerah, kepalaku panas. Belum lagi dengan lingkungan kosan dan sekolah ku. Dari pandangan teman-temanku penampilan terbaru ku kelihatan aneh. Katanya, aku makin kelihatan kayak kurcaci. Aku sedih sekali mendengar kata-kata yang dilontarkan oleh teman-temanku. Tapi aku tidak peduli akan kata-katanya. Kata abangku, jika ada teman-temanku yang berkata seperti itu lagi maka aku harus mengatakan padanya “Taukah kamu kewajiban kita menjadi seorang muslimah?” sangatlah rugi bagi orang-orang yang tidak mengetahui akan kewajibannya menjadi seorang muslimah. Mereka cuman diam ketika aku mengatakan seperti apa yang diperintahkan abangku. Aku tidak pernah takut dan peduli apapun kata orang lain dengan penampilan terbaruku. Kalaupun mereka mengatakan aku makin kelihatan kayak “Kurcaci”, aku tidak peduli karena sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa hambanya tetapi Allah melihat hatinya. Jadi, bagiku itu bukan menjadi suatu masalah, yang penting berapa besar kecintaanku kepada sang khalik. Seperti pesan abangku bahwa aku tidak boleh menjadi orang pengecut karena Allah lebih menyukai orang yang kuat daripada orang yang lemah dan orang yang kuat adalah bukanlah orang yang menang dalam gulat tetapi orang-orang yang bisa menahan amarahnya serta sabar dalam menghadapi berbagai macam rintangan dan cobaan yang menimpa dirinya.