Saturday 31 July 2010

CAHAYA CINTA SANG PETUALANG Edisi: Sabtu, 31 juli 2010 @ Di atas Angkutan Umum

Pagi yang cerah. Seperti biasanya, aku membersihkan kos tempat tinggalku. Nasyid UNIC “Cahaya Cinta” menemani di setiap aktivitas pagi. Sebuah lagu favorit bundaku.
“Gemilang cahaya cinta
Gemilang pancaran warnanya
Bagaikan kejora
Membisikkan hati damainya jiwa”
Sebuah nasyid yang menggambarkan Cinta. Kata yang penuh akan makna. Cinta adalah pekerjaan ruh. Sedangkan ruh seperti pasukan yang dikerahkan. Cinta adalah sebuah motivasi untuk menjalankan setiap aktivitas hidup. Cinta dapat menghilangkan kontrol emosi. Cinta tidak dapat didefinisikan. Cinta adalah kejujuran dan kepasrahan yang total. Cinta mengarus lembut, mesra, sangat dalam dan sekaligus intelek. Cinta ibarat mata air abadi yang senantiasa mengalirkan kesegaran bagi jiwa-jiwa dahaga. Islam mengajarkan bahwa seluruh energi cinta manusia seyogyanya digiring mengarah pada Sang pencipta yaitu Allah SWT, sehingga cinta kepada-Nya jauh melebihi cinta pada sesama makhluk. Justru, cinta pada sesama makhluk dicurahkan semata-mata karena mencintai-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al Baqarah 165,
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.”
Maka atas dasar cinta itulah semangat dalam diri ini muncul. Semangat dalam menjalani hari-hari ku. Walau terkadang ada pahit di dalamnya. Tapi itulah hidup. Dimana setiap manusia pasti akan merasakan kepahitan itu. Jadi, manis atau pahitnya sebuah kehidupan, perlu untuk kita syukuri. H2N= Hadapi, Hayati dan Nikmati maka keputusasaan itu akan hilang. Dan kemudian muncullah kebahagiaan. Setiap harinya ada keindahan, ketika kebermaknaan selalu menjadi bagian hidup kita. Maka jika kita berani untuk hidup maka kita berani akan sebuah perputaran. Dimanapun posisi kita, ingatlah bahwa posisi itu bisa berputar. Dan jadilah yang terbaik untuk setiap posisi tersebut. Aku ingin hari-hari ku penuh dengan kebermaknaan. Dapat memaknai setiap kelebihan dan kekurangan yang kumiliki. Aku jalani setiap pagi hari dengan jualan. Menawarkan jualan ke teman-teman di kampus dan terkadang aku menawarkan dari kos satu ke kos yang lainnya. Tanpa rasa malu sedikitpun. karena tidak ada kata malu jika kita ingin menjadi orang sukses. Tapi keberanian untuk memulai, semangat yang tinggi, tekad yang kuat, itulah awal langkah untuk dapat meraih mimpi.
Jum’at, 30 Juli 2010 pagi hari sebelum berangkat ke kampus, aku harus membersihkan kos biar belajar menjadi tenang. Kemudian dilanjutkan dengan mengambil barang dagangan untuk dijual di kampus. Jarak antara kos dengan tempat mengambil jualan dilewati dengan jalan kaki. Menikmati setiap proses kehidupan yang aku jalani. Hingga suatu hari nanti hasil dari proses tersebut dapat kuraih. Setelah mengambil barang jualan, aku langsung bergegas ke perpustakaan kampus. Mencari referensi untuk tugas kuliah yang harus dikumpulkan hari senin. Aku mencari-cari buku yang aku inginkan. Alhamdulilah akhirnya kutemukan. Tapi sayangnya, bukunya tidak boleh untuk dipinjami. Kemudian akupun pergi dengan membawa rasa kecewa dan sedih. Tapi aku berpikir mungkin ada yang lebih baik dari buku itu untuk aku jadikan sebagai referensi tugas kuliahku. Perjalanan aku lanjutkan ke fakultasku karena ada kuliah sampai jam 11.30 WIB. Aku menikmati setiap proses pembelajaran hari ini. Mendengarkan presentasi dari dua kelompok yang tampil. Dan yang paling menarik adalah sebuah kalimat yang disampaikan oleh dosenku. Beliau mengatakan
“ Salah satu ketidakpastian di dunia ini adalah ketidakpastian dan salah satu kepastian adalah sebuah perubahan”
Setiap kali beliau mengajar pasti ada pesan menarik yang beliau sampaikan. Subhanallah, selama kuliah banyak makna hidup yang aku temukan. Di kampus UPI lah aku belajar banyak hal tentang hidup.
Pulang kuliah ada rapat evaluasi IM2B (Ikatan Mahasiswa Manajemen Bisnis) bersama Presiden Komisaris, Presiden Direktur dan semua pengurus IM2B. Rapatnya akan dimulai jam 14.00 WIB. Tapi waktu baru menunjukkan jam 11.30 WIB. Dan itu artinya ada kesempatan untuk makan. Karena penyakit mag ku kambuh. Sakit sekali rasanya. Aku lihat jualanku, alhamdulilah sudah habis dibeli. Aku pun kemudian pergi mencari warung makan bersama teman. Kami temukan sebuah Warteg, namanya “Warteg 31”. Kami kemudian masuk dan mengambil makanan. Kami memilih tempat makan di lantai dua. Makan sambil diskusi. Mantapss…makannya terasa nikmat…mengapliksikan pesan dari temanku “Biasakan G 30 M, Gerakan 30 Menit Membaca, Menulis, dan berdiskusi”. Setiap kami diskusi pasti selalu ada kata-kata bijak. Belajar untuk menjadi orang dewasa, baik dalam berpikir, bergaul, berbicara dan berbuat. Menit demi menit, tidak terasa makan telah selesai. Tapi diskusi masih tetap berlanjut. Tidak lama kemudian kami beranjak dari tempat makan. Perjalanan selanjutnya adalah menuju ke toko buku. Mencari majalah seputar bisnis. Tapi pencarian tidak berhasil. Majalah bisnis tidak kami temukan. Akhirnya, kami pulang ke kos ku untuk sholat dzuhur dan mengambil laptop. Tidak lama kemudian, selesai sholat kami ke kampus untuk menghadiri rapat evaluasi IM2B. Alhamdulilah rapat kali ini, banyak yang hadir. Semuanya pada curhat akan masa-masa di IM2B. Diskusi akan perasaan selama di IM2B. Hingga tidak terasa waktu menunjukkan jam 16.00 WIB. Rapat pun kemudian ditutup. Aku dan seorang teman melanjutkan perjalanan ke sebuah perpustakaan di luar kampus. Kami mencari buku referensi. Luar biasa perpustakaan yang begitu luas dan bukunya lengkap. Sayangnya, pengunjugnya sedikit. Dari buku yang terjadul sampai yang terbaru semuanya ada. Tapi dalam pencarian buku tersebut ada sesuatu yang aku rasakan. Ada sesuatu yang aneh. Aku tidak percaya. Karena mungkin itu adalah sebuah perasaan ku saja. Tapi dari lantai dua sampai lantai empat perasaan aneh itu masih ada.
” Ada apakah ini?” tanyaku dalam hati.
Aku tidak ingin cerita ke temanku. Karena khawatir jika aku cerita dia takut dan tidak jadi untuk cari buku. Akhirnya, apa yang aku rasakan kemudian aku pendam sendiri. Aku terus mencari buku yang kuinginkan walau perasaan aneh itu tidak bisa hilang. Tidak lama kemudian buku referensi yang kami cari sudah kami temukan. Langkah selanjutnya adalah mencari topik yang sesuai dengan bab tugas kelompok kami. Beberapa menit kemudian, ada suara bel yang berbunyi. Kami kaget dan langsung berdiri dari tempat duduk. Kami cari pintu keluar dengan membawa buku yang begitu banyak dan tebal. Belum lagi laptop yang begitu berat. Benar-benar perjuangan yang luar biasa. Melatih akan makna sebuah kesabaran. Kami mencari tempat foto copy tapi katanya sudah tutup. Hari sudah malam, semua lampu di perpustakaan dimatikan petugas. Kami pun bergegas untuk pulang. Perasaan aneh itu terus menghantuiku. Dan alhamdulilah tidak lama kemudian sampailah kami di lantai dasar dengan membawa begitu banyak buku tebal. Kami ingin meminjam sebentar untuk di foto copy. Tapi petugas tidak mengizinkan. Kami disuruh datang lagi di hari yang lain. Dengan penuh kesabaran, kami pulang dengan membawa tangan kosong. Tidak ada satu pun buku yang kami dapatkan.
Para petualang (Aktris dan Evi) melanjutkan perjalanan menuju ke toko buku . Mencari lagi buku yang belum kami temukan. Tapi alhasil, kami masih gagal. Majalah dan buku yang kami cari tidak kami temukan. Adzan maghrib dikumandangkan. Ahirnya kami pun mencari sebuah masjid untuk sholat maghrib. Melepaskan rasa lelah selama perjalanan. Berhenti sejenak untuk muhasabah diri. Mungkin ada yang salah dalam diri ini. Tidak lama kemudian setelah sholat kami melanjutkan perjalanan untuk mencari makan karena lapar. Tapi makanan yang kami cari tidak ditemukan juga. Mobil angkutan kota sudah menunggu, kami pun membatalkan untuk makan. Naik sebuah angkutan umum, penumpangnya hanya kami berdua. Perjalanan demi perjalanan yang kami lewati, terdengar suara adzan isya dikumandangkan. Kami meneruskan perjalanan. Menikmati setiap perjalanan dengan terus diskusi. Walau mata sudah ngantuk, badan terasa sakit, kaki pegal-pegal.
“Tris, kita harus sabar ya!” kata temanku Evi
Kemudian akupun menjawab “Ya Vi, insya allah besok pulang dari rumah Evi, Tris mau ke perpustakaan lagi”
“Ya Tris, kita harus semangat. Bisa,,,bisa,,,gila”
“Ya Vi benar bisa,,,bisa,,,gila,,,he,,kita nikmati saja lah prosesnya. Kan yang terpenting bukanlah hasilnya tapi bagaimana proses dalam mencapai hasil tersebut. Betul toh?”
“Ya Tris, benar, benar. Pokoknya tuganya harus cepat jadi.”
“Ya Vi biar kalau ada acara kan bisa tenang. Rumahnya masih jauh kah Vi?”
“Lumayan jauh Tris”
“Nanti kita begadang yok!”
“Hocce…siip Tris. Tapi nyampe rumah aku, kita makan kemudian sholat langsung gosok gigi terus tidur sebentar. Kan badan perlu istirahat. Baru kemudian kita lanjutkan jam 12 malam. Gimana?”
“Hocce dech, siiip,,siiip,,,semangat…kita pasti bisa”
“Bisa,,,bisa,,,gila,,”
Masih banyak lagi perbincangan antara kami berdua. Perjalanan yang begitu jauh. Waktu sudah menunjukkan jam 20.17 kami masih dalam perjalanan. Kami terus menikmati perjalanan dengan diskusi dengan kata-kata bijak masing-masing. Mengobati rasa kekecewaan yang mendalam. Tidak terasa telah sampai tujuan. Rumah Evi jauh dari jalan raya. Kami pun terus melanjutkan perjalanan. Aku lihat penjual martabak. Kami pun membeli. Rasa lapar dan kekecewaan terobati dengan martabak. Sebuah makanan favoritku. Makanan yang selalu dibelikan bapak untukku ketika di rumah. Rasanya tidak beda jauh dengan martabak yang di Lombok. Lezaaat….mantaps pisan euy……..Beberapa menit kemudian, sampailah di rumah Evi. Jalannya berliku-liku. Penuh tantangan. Kami disambut oleh ibunya. Kemudian disuruh masuk. Aku istirahat sejenak di kursi. Rasa lelah lumayan berkurang, kemudian kami makan. Sebelum tidur, kami diskusi dan cerita akan perjalanan kami. Ada kisah menarik disela diskusi kami. Evi tiba-tiba bertanya padaku
“Tris tadi merasakan ada sesuatu gak waktu di perpustakaan?”
“Emang kenapa gitu, Vi?”
“Tadi aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Padahal jujur sebelumnya aku tidak kepikiran sampai disana. Karena memang tujuan kita kan untuk mencari buku. Aku merasakan di setiap lorong-lorong rak buku, rasanya ada orang yang lewat, lari, dan rasanya aku seperti diikuti. Pokoknya ada sesuatu yang aneh, yang aku rasakan. Atau mungkin cuman perasaan aku saja ya?”
“Bener Evi merasakan hal itu? Soalnya Tris juga merasakan hal yang sama dengan Evi. Ketika masuk perpustakaan tersebut, memang Tris sudah merasakan sesuatu yang aneh. Tapi Tris tidak berani bilang ke Evi. Khawatir kita tidak jadi cari bukunya. Akhirnya perasaan itu Tris pendam sendiri. Karena tadinya Tris berpikir kalau itu hanya perasaan Tris saja. Tris baru tau kalau Evi juga merasakan hal yang sama.”
“Iiih,,,serem Tris..takuut…besok jadi gak kesana lagi?”
“Jadi tapi tidak mau ke ruang bukunya. Hanya mau foto copy saja kemudian langsung pulang.”
“Ya sudah kita tidur, bangun lagi jam 12 malam. Kita lupakan kejadian itu. Takuuut..”
“Key siiip”
Kami kemudian melanjutkan tidur. Tidak terasa jam demi jam telah terlewati dengan tidur yang begitu nyenyak. Kami ketiduran. Kami bangun jam 03.15 WIB. Kami melanjutkan dengan mengerjakan tugas. Laptop dan buku adalah teman setia kami. Dari jam 03.15 sampai jam 14.00 kami di depan laptop. Tidak ada istirahat, selain sholat, makan, dan mandi. Mengerjar target yang telah kami tentukan. Harus dan pasti bisa. Sekitar jam 15.00 WIB aku pulang. Sebelum pulang kami foto-foto dulu sebagai kenangan pada hari ini. Sebagai bukti sejarah kalau aku pernah ke rumahnya. Kami selalu belajar dan diskusi bareng. Harapannya juga nanti lulus bareng, S2 bareng dan jadi dosen pun juga bareng. Amiiin ya Rabb…Aku meneruskan perjalanan pulang. Menunggu angkutan umum sambil mengabadikan foto yang menarik untuk aku jadikan cerita dan sebuah tulisan. Berpetualang sambil menulis. Menulis di atas angkutan umum. Ternyata nikmat juga. Banyak inspirasi-inspirasi baru yang muncul. Subhanallah, alhamdulilah ya Rabb…
Di sela aku menulis, tiba-tiba Handphone jadulku berdering. Ada sebuah sms yang masuk. Sebuah sms dari seorang temanku. Melalui sebuah sms kami diskusi. Subhanallah, secara tidak langsung aku dapat belajar akan arti sebuah kesederhanaan, kesehatan, dan menjaga diri dari krikil-krikil yang usil. Perjalanan demi perjalanan dan tidak lama kemudian aku turun dari angkutan umum. Badan masih terasa sakit, mataku ingin istirahat, kaki sakit. Aku ingin naik ojek tapi ingat akan pesan temanku
“Hati-hati nanti ada krikil-krikil yang usil”
Aku tidak jadi naik ojek. Akhirnya aku jalan kaki. Lumayan jauh, bawa laptop dan map merah berisikan buku-buku. Tapi aku terus melanjutkan perjalanan. Hingga sampailah di kos ku. Kemudian aku langsung sholat asar jam 17.00 WIB. Selesai sholat, aku langsung ke kampus lagi. Dan pulang Bada Magrib. Penyakit mag ku kambuh lagi. Tapi tidak ada selera untuk makan. Hanya sepotong roti yang bisa aku makan. Alhamdulilah tidak lama kemudian rasa sakit mag ku hilang. Ada sebuah sms tausiyah dari abangku yang membuat aku semakin termotivasi dan tidak boleh menyerah. Sebuah kebiasaan abangku dari dulu yang tidak henti-hentinya memberikan aku motivasi. Perhatian dan kasih sayangnya membuat aku untuk terus bangkit. Kata abangku.
“Perjuangan tidak mengenal batas. Apa saja yang kita berikan untuk kebaikan adalah berjuang. Perjuangan adalah nafas dan naluri kehidupan setiap hari. Kita memang harus berjuang karena disanalah habitat kemanusiaan dan kemusliman kita.”
Jazakallah bang atas motivasinya. Sang petualang menemukan cahaya cinta-Nya. Cahaya cinta dari orang-orang yang selalu memberikannya inspirasi, motivasi dan perhatian padanya….

No comments:

Post a Comment