Kamar yang begitu luas. Harga terjangkau. Dilengkapi dengan kamar mandi didalamnya. Itulah kos baruku. Tapi di kos baru, penuh dengan kesepian. Tidak ada tempat berbagi dikala aku sedih. Tidak ada tempat curhat dikala aku merasa lelah. Baru pertama kali aku kos di sebuah kosan biasa. Karena biasanya aku selalu mengontrak sebuah rumah untuk 5-6 orang. Dan di dalamnya ukhuwahnya begitu terasa. Jika sakit ada yang mengobati. Jika sedih ada yang menghibur. Jika merasa lelah ada yang menyemangati. Tapi sekarang semuanya tidak aku rasakan. Ketika pulang beraktivitas, tidak ada lagi sebuah senyuman yang menyambut kepulanganku. Tidak ada lagi diskusi yang menjadikan aku untuk lebih terinspirasi. Yang ada hanyalah kesepian. Ya…kesepian, itulah yang aku rasakan.
Cerita singkat tentang kos lamaku. Kos pertama “Pondok Aisyah”. Sebuah kos yang luar biasa bagiku. Ukhuwah, kerja sama, saling menghargai, dan lain-lain semuanya ada di dalamnya. Kami dari jurusan yang berbeda-beda. Hanya berdua angkatan 2008. Selainnya adalah angkatan 2004-2006. Setiap hari makan bareng. Kadang satu piring berdua dan bahkan berempat. Ukhuwah yang luar biasa. Terasa begitu nikmat. Sejuta cerita tersimpan di dalamnya. Tapi tingkat dua aku harus pindah kos. Dengan alasan, aku tidak bisa satu kamar berdua. Karena aku biasa menempel rumus-rumus, pohon targetku, jadwal sehari-hari yang dibuatkan bapakku dan juga kata-kata motivasi serta membaca dengan suara besar dalam kamar. Aku takut dengan itu teman sekamarku jadi terganggu. Aku takut dia tidak suka. Karena kebiasaanku yang seperti itu. Tapi itulah strategi aku dalam belajar. Sebuah kebiasaan dari kecil sampai sekarang yang tidak bisa aku tinggalkan.
Juli 2009, aku pindah ke kos baruku. Kos yang begitu murah tapi dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Sama dengan kos sebelumnya “Pondok Aisyah”, hanya berdua dari angkatan 2008. Kami adalah termuda dalam kos tersebut. Satu fakultas tapi berbeda jurusan. Selainnya adalah ibu rumah tangga yang berasal dari luar kota. Di kos tersebut, kami hanya berlima. Kebiasaan sehari-hari ku yang pergi pagi pulang malam menjadi perhatian dari teman-teman kosku. Mereka selalu menanyakan kemana aku pergi. Alhamdulilah masih ada yang perhatian padaku. Kemudian aku pun cerita untuk berbagi pengalaman. Cerita akan amanah ku di luar. Mereka pun mengerti akan keadaanku. Mereka mengerti akan sebuah amanah yang harus aku tunaikan dan laksanakan dengan baik. Ketika aku merasa lelah, kepada mereka lah tempat aku berbagi cerita. Mereka selalu memberikan aku motivasi. Ketika aku pulang, aku disambut dengan sebuah senyuman indah mereka. Sebuah senyuman yang dapat meringankan rasa lelahku. Temanku yang sudah berumah tangga juga berbagi cerita seputar menjadi ibu rumah tangga. Menarik juga ceritanya. Sebagai bekal untuk nanti.he,,,
Tidak lama kemudian teman kosku yang sudah berumah tangga diwisuda. Kemudian mereka langsung pulang kampung. Aku pun hanya tinggal berdua. Kami tentunya merasa kesepian setelah kepergian mereka. Hari demi hari kami menikmatinya dengan kesepian. Tapi tidak mengubah kebiasaan kami untuk diskusi dan berbagi cerita suka – duka. Cerita akan keadaan himpunan masing-masing. Cerita tentang kuliah, keluarga dan permasalahan – permasalahan lainnya. Malamnya masak bareng. Memasak makanan yang berbeda-beda. Makanan khas Lombok dan Sunda. Makan pun hanya berdua. Makan sambil diskusi dan juga nonton TV. Mantaps nikmat…..apalagi ketika cerita tentang masa lalu. Masa-masa SMA yang penuh dengan kenangan terindah. Hmmm,,,membuat ku makin tambah kangen sama guru dan juga teman-teman SMA ku. Cerita tentang keadaan rohis di sekolah masing-masing. Pokoknya penuh dengan cerita. Kayaknya, kami cocok menjadi seorang pendongeng..he,,,
Beberapa waktu kemudian kami harus pindah kos. Karena kos tempat tinggal kami akan direnovasi. Kami pun berencana untuk satu kos lagi. Mencari sebuah rumah. Tapi setiap rumah yang akan dikontrakkan rata-rata harganya selangit. Kami rasanya tidak mampu untuk membayarnya. Kasihan juga dengan orang tua. Akhirnya dengan berat hati, kami kos di kosan biasa. Bukan sebuah rumah kontrakan. Kami pun akhirnya berpisah. Aku tinggal sendiri. Dia pun sama hanya seorang diri. Di kos baruku sekarang aku benar-benar merasa kesepian. Aku ingin berbagi cerita. Tentang sebuah cerita pahit dan manisku. Tapi kami jarang bertemu walaupun masih dalam satu fakultas. Sungguh, diri ini sangat membutuhkan kehadiran seorang teman–sahabat. Dan alhamdulilah disela kesepianku, aku mendapatkan sebuah inspirasi dan motivasi yang datang dari bapak, guru, ustadzah, dosen, adik mentor dan seorang temanku. Menulis, menulis, dan menulis. Akhirnya sekarang , laptopku adalah teman setiaku. Setiap kejadian yang aku alami, langsung aku tuangkan dalam sebuah catatan kecil. Kemanapun aku pergi, aku selalu bawa sebuah buku agenda. Aku catat setiap peristiwa yang aku temukan. Dan bahkan setiap peristiwa yang menarik bagiku, aku langsung abadikan dengan menggunakan Handphone jadulku. Di tengah kesepianku ada semangat yang menggelora untuk terus menulis. Ingat kata salah seorang temanku “ Biasakan G 30 M, Gerakan 30 menit membaca, menulis, dan berdiskusi”. Aku juga mendapat sebuah motivasi dari adik-adik mentorku.
“Teteh bakat dalam menulis. Lanjutkan teh ! Kami mendukung teteh”
Adik-adik mentorku lucu. Dan dibalik kelucuannya, ada semangat yang membara. Mereka orangnya cerdas. Mereka juga selalu memberiku semangat untuk terus menulis. Mereka sangat mendukungku.
“ Adik-adikku yang sholehah, terima kasih atas dukungan dan motivasinya. Teteh sayang kalian”.
Memang, menjadi seorang penulis adalah salah satu impian masa kecilku. Mengikuti jejak bapakku yang suka menulis. Ingin mewujudkan semua impian itu. Seringkali guru SMA ku mengirim sebuah pesan baik via Email, SMS maupun via telephon. Mereka menanyakan akan tulisanku. Mereka menginginkan aku untuk menjadi tenaga pendidik dan seorang penulis. Lulus dan jauh dari mereka bukan berarti harus saling melupakan. Tapi justru dengan demikian rasa rindu semakin mendalam. Jauh di mata dekat di hati. Walaupun aku sudah lulus, mereka masih perhatian padaku. Mereka selalu memberikan aku motivasi untuk terus maju dan tidak menyerah.
Pada suatu hari, aku bertanya pada salah seorang dosenku. Beliau seorang penulis. Menulis adalah sebuah hobi baginya.
“Pak, saya punya impian untuk menjadi seorang penulis. Bagaimana tips-tips Nya?” dosenku menjawab
“Menulis Tris”
“Maksudnya pak?”
“Ya…menulis”
Aku baru mengerti akan jawaban dari dosenku. Bahwa ketika kita ingin menjadi seorang penulis maka salah satu kuncinya adalah menulis. Ketika aku bertanya pada bapakku, jawabannya juga sama “menulis”. Di buku tamu blog ku juga ada sebuah kata menulis. Kata itu adalah kiriman dari seorang temanku. Setiap orang yang aku tanya, jawabannya sama yaitu “menulis”. Aku juga mendapatkan sebuah inspirasi dan motivasi dari salah seorang dosenku yang lain. Aku masih teringat akan sebuah pesannya padaku.
“ Tanamkan keyakinan itu di alam bawah sadar mu Nak. Istiqomah dengan keyakinanmu. Tunggulah…waktu akan datang menjawabnya. Anak cantikku, jadikan tiap harimu sekolah kehidupan. Selalu berusaha temukan hikmah di setiap kejadian. Dengan begitu hatimu akan senantiasa bersyukur atas nikmatnya”
Kos baru, dibalik kesepian yang aku rasakan tersimpan hikmah yang dapat mewujudkan impianku yang sudah lama terpendam. Menulis, ya itulah salah satu hikmahnya. Seharusnya aku mensyukuri atas semua apa yang terjadi dalam diri ini. Karena setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Salah, ketika aku mengatakan bahwa aku sendiri menyepi. Tidak ada tempat curhat dan yang lainnya. Itu adalah sebuah ungkapan yang salah. Kenapa? Karena baik menurut kita bisa jadi itu merupakan hal yang terburuk. Dan buruk menurut kita bisa jadi itu merupakan hal yang terbaik. Seperti halnya yang aku alami sekarang, kesepian adalah suatu hal yang tidak baik menurutku. Padahal kalau saya pikirkan, banyak hikmah dibalik kesepian itu. Setiap malam bisa muhasabah diri dan lahir ide-ide baru untuk menulis. H2N=Hadapi, Hayati, dan Nikmati.
Mengutif kalimat motivasi dalam sebuah buku karya D. S Prasetyono yang judulnya “Hidup Plus! Prinsip Plus!”
“Orang-orang yang lemah menunggu datangnya kesempatan, orang yang kuat membuat kesempatan itu. Orang-orang yang terbaik bukanlah mereka yang menantikan datangnya kesempatan, akan tetapi ,mereka yang mengambilnya, yang mengepung, merebut, dan menguasai kesempatan tersebut.”
“Di dalam keyakinan tidak ada ketakutan. Keyakinan yang sempurna melenyapkan semua ketakutan”
Mengutif kalimat motivasi juga dari buku karya Maukuf, judulnya “Menjadi Generasi Tangguh”.
“Prinsip pemuda yang tangguh adalah Keep Fight We Never Ever Give Up: Terus berjuang, tidak pernah menyerah walaupun hampir kalah”
“Teruslah bergerak hingga kelelahan itu lelah mengikutimu. Teruslah berlari hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. Teruslah berjalan hingga keletihan itu letih bersamamu. Teruslah bertahan hingga kefuturan itu futur menyertaimu. Tetaplah berjaga hingga kelesuan itu lesu menemanimu”.
No comments:
Post a Comment