Saturday 24 July 2010

Ada Apa dengan Kata Nuhun, Akang, dan Teteh?

Kata nuhun adalah sebuah kata yang asing bagiku. Aku tak mengerti akan makna kata tersebut. Sebuah kata yang tersusun atas lima huruf “ N.U.H.U.N”. Kalau dalam ilmu akuntansi, terdapat persamaan dasar akuntansi. Dimana rumusnya adalah H= U + M. Huruf H menunjukkan besarnya harta/aktiva, huruf U merupakan Utang/kewajiban yang harus dibayar dalam jangka waktu tertentu, sedangkan huruf M menunjukkan modal. Ketika tiga huruf tadi yaitu H, U dan M dimasukkan ke dalam neraca maka harta berada di sebelah aktiva sedangkan utang dan modal disimpan di bagian pasiva. Nah, jika saya cermati dan amati dalam rumus persamaan dasar akuntansi tersebut maka saya punya sebuah ide untuk membuat rumus dari kata nuhun. Supaya lebih simple dan mudah untuk aku ingat. Rumusnya adalah BS= N + U + H. dimana BS= Bahasa Sunda, N=2, U=2, dan H=1, sehingga dihasilkan 5 buah huruf yaitu NUHUN. Sebuah rumus yang membuatku memutar otak untuk terus berpikir. Dan akhirnya kutemukanlah rumus BS= N + U + H.
Ada sebuah kisah menarik yang pernah saya alami saat pertama kali datang di tanah rantauan (Bandung, Jawa Barat) Suku Sunda. Ceritanya adalah, 20 Agustus 2008 merupakan sebuah hari dimana aku full di kos. Nah, pada hari itu aku dapat sms dari seorang sahabat SMA. Sebuah sms yang isinya adalah rasa rindu dan kangen. Aku ingin membalas smsnya dengan kata yang sama yaitu rasa rindu dan kangen. Jemari tangan ini kemudian mulai mengetik Handphone jadulku. Mengetik kalimat demi kalimat yang berisikan akan kerinduan kepada seorang sahabat yang sudah 2 minggu aku pisah dengannya. Ketika aku mengirim sms untuk sahabatku, ternyata “sending failed”. Aku coba lagi dan terus mencoba untuk mengirim sms untuk sahabatku. Tapi semakin ku coba jawabannya selalu “sending failed”. Akhirnya sms itu aku simpan dalam draft Handphone jadulku. Lalu, aku periksa pulsa yang aku miliki. Hmmm,,,pulsaku tinggal 50 perak. Ya iya lah, dengan pulsa segitu mana bisa kirim sms. Aku akhirnya pinjam sebuah Handphone temanku. Mengetik kembali sms yang gagal aku kirim. Dan alhamdulilah sms tadi berhasil terkirim ke sahabat SMA ku. Aku menunggu sebuah balasan darinya. Sekitar 3 menit kemudian Handphone temanku berdering. Aku lihat dan ternyata ada Received SMS. Aku tidak berani membukanya karena takut sms itu bukan balasan dari sahabatku. Akhirnya aku bilang ke teman “Teteh-teteh ada sms masuk. Sms-Nya dari Teh Nuhun”
Temanku langsung ketawa. Aku hanya bengong. Tidak mengerti kenapa ia ketawa. Dengan kepolosan wajahku, aku pun bertanya
“Kenapa teteh ketawa? Aku lucu ya?”
Temanku belum bisa memberikan jawabannya. Ia terus ketawa dan ketawa. Aku benar-benar tidak mengerti maksud dari ketawanya temanku. Akhirnya aku ikut ketawa juga walaupun tidak mengerti maksudnya. Beberapa menit kemudian, temanku itu menjelaskan alasan kenapa ia ketawa. Ternyata alasannya, aku lucu. Lucu karena mengira bahwa kata nuhun adalah sebuah nama. Padahal nuhun dalam bahasa sunda artinya terima kasih.
“Hahaha,,,”
Kami melanjutkan kembali ketawa yang tadi bersambung. Temanku menyuruh aku untuk membaca bunyi sms dari temannya. Kemudian aku baca dengan suara lantang
“Assalamualaikum…Dika, hari ini mau ke kampus tidak? Aku tunggu di depan Jica ya..! Nuhun”.
Ya begitulah sejarah kata nuhun yang aku temukan dan aku alami. Sebuah kata yang membuat teman-temanku ketawa habis-habisan. Dari sana aku terus dikerjain teman kos ku. Mereka sengaja menggunakan Bahasa Sunda dan menyuruhku untuk menerjemahkannya. Bahasa Sasak saja yang asli bahasa daerah ku sulit untuk aku terjemahkan. Apalagi Bahasa Sunda yang baru aku dengar dan pelajari. Tapi dari peristiwa itu, aku mendapatkan sebuah hikmah bahwa aku harus terus belajar. Aku harus bisa beradaptasi. Suatu hari nanti aku harus bisa Bahasa Sunda.
Lalu, bagaimana dengan kata akang dan teteh? Kata yang tidak bisa aku bedakan. Sebuah kata panggilan untuk seorang kakak atau seseorang yang lebih tua dari kita. Ceritanya, pada suatu hari aku melakukan registrasi yang diterima lewat jalur SNMPTN. Aku diantarkan ke BAK UPI oleh salah seorang teman kos ku. Aku kemudian disuruh masuk ke dalam untuk mengisi berbagai formulir yang wajib diisi oleh mahasiswa baru. Aku ditinggal sendiri, temanku ada agenda lain. Dia harus stand by di stand himpunannya. Aku pun mandiri, registrasi sendiri. Jam demi jam telah berlalu, proses registrasi di BAK pun telah selesai. Aku langsung keluar. Kulihat banyak kakak tingkat yang menyambut kami mahasiswa baru. Aku bingung. Disela kebingunganku datanglah seorang mahasiswa dari Pendidikan Manajemen Bisnis. Dia adalah kakak tingkatku, katanya angkatan 2006. Aku kemudian mengikutinya. Katanya, aku harus ke stand IM2B (Ikatan Mahasiswa Manajemen Bisnis). Sebuah ikatan keluarga besar jurusan kami. Aku pun mengikuti sarannya. Di sepanjang perjalanan aku banyak bertanya. Menanyakan akan kehidupan di kampus. Dengan spontan aku bertanya
“Teteh-teteh, senang tidak jadi mahasiswa? Boleh berbagi pengalamannya tidak selama teteh menjadi mahasiswa?”
Dia langsung ketawa. Tertawa akan pertanyaanku yang begitu polos. Aku pun bertanya kembali “Teteh kenapa ketawa? Emang ada yang lucu ya dengan pertanyaanku?”
Dia terus ketawa kemudian ia pun balik bertanya padaku
“ Neng, asli darimana?” Aku pun menjawab pertanyaannya
“ Dari Lombok Tengah – NTB teteh”.
“Hahaha…:
Dia melanjutkan ketawanya, seraya mengatakan
“Pantesan, kamu baru ya di Bandung? Jangan panggil saya teteh neng. Tapi panggil akang saja.”
Yoh, kenapa?”
Dia pun dengan begitu sabar menjawabnya
“Karena teteh itu panggilan untuk kakak yang perempuan sedangkan akang untuk kakak yang laki-laki.” Aku langsung ketawa. Aku kemudian mengatakan
“Maaf akang, saya kira teteh adalah sebuah panggilan untuk semua kakak. Ternyata beda ya kang?”
“ Ya bedalah neng. Emang di Lombok panggilan untuk kakak apa?”
“ Kakak kang”
Tanpa terasa, sampailah kami di Stand IM2B. dengan semangat menggelora kakak tingkat di IM2B menyambut kami mahasiswa baru dengan penuh semangat yang menggelora. Selama di stand IM2B, telingaku dipenuhi dengan kata akang dan teteh. Mendengar kata-kata itu membuatku ketawa dalam hati. Teringat obrolanku dengan kakak tingkat yang menjemputku ke BAK.
Dari perjalanan ini, pengetahuanku akan bahasa Sunda semakin bertambah. Sunggguh luar biasa, aku bangga menjadi Warga Negara Indonesia. Sebuah negara yang kaya akan bahasa dan budaya. Satu hal yang dapat saya simpulkan dari ceitaku ini. Bahwa pengetahuan tidak hanya didapat melalui proses belajar mengajar, dengan menghapal teori, tapi pengetahuan juga bisa didapatkan dari sebuah pengalaman hidup yang pernah kita jalani. Jangan pernah malu untuk belajar karena selama hayat masih dikandung badan, tidak ada kata berhenti untuk terus belajar, belajar, dan belajar.

2 comments:

  1. aduh.. ngakak deh saya waktu baca ini
    hahahahaha...
    gimana yah kalo tiba-tiba ada orang nyapa saya kang/aa di jalan.. wakakakakaka.. saya juga pasti ngakak abis

    ReplyDelete
  2. Kalau akang itu pasangannya ceuceu, kalau teteh pasangannya aa.

    ReplyDelete